Rabu, 21 Maret 2018

Tki dihukum lagi di Arab saudi

Pengunjuk rasa membawa poster untuk menyuarakan aspirasi di depan Kedutaan Besar Arab Saudi, Jakarta, Selasa (20/3). Aksi unjuk rasa dilakukan terkait hukuman mati terhadap TKI asal Madura, Zaini Misrin.


Kabarsapa - Mustofa mengaku sengaja menulis surat untuk Presiden Jokowi, agar perasaannya plong. Lega. Meski, sama sekali tak mudah baginya merangkai kata yang ditujukan untuk orang nomor satu di negeri ini. Rencananya, lembaran kertas berisi curahan hatinya itu dikirim via jasa pengiriman ke kantor kepresidenan.
"Dua hari dia enggak bisa tidur, mungkin dengan menumpahkan perasaannya lewat surat, dia bisa lebih tenang," kata sang bibi, Nur Intan.
Almarhum Zaini Misri meninggalkan dua putra. Mustofa adalah anak bungsu. Anak pertama, Syaiful Toriq (25), sempat menemuinya di tahanan. 
Syaiful mengisahkan, pada 2010 ia mengirimkan surat elektronik ke Kementerian Luar Negeri. Untuk meminta bantuan agar bisa bertemu dengan sang ayah yang divonis mati pengadilan Arab Saudi. 
Vonis mati dijatuhkan pada Zaini Misrin pada 17 November 2008. Pria itu dituduh membunuh majikannya, Abdullah Bin Umar pada Juli 2004 silam. 
Permohonan Syaiful tak bertepuk sebelah tangan. Pada 2013, ia bahkan diberangkatkan ke Arab Saudi. Saat itulah ia bertemu dengan sang ayah. 
"Saya sangat sedih melihatnya," ucap Syaiful kepada kabarsapa di kediamannya Desa Kebun, Kecamatan Kamal, Kabupaten Bangkalan, Selasa (20/3/2018).
Dalam kesempatan itu, Syaiful, keluarga dan Pemerintah Indonesia mengajukan peninjauan kembali (PK) ke Pengadilan Jeddah, Arab Saudi. Ada Hasilnya, gagal. 
Upaya kedua diajukan pada 2015. Lagi-lagi ditolak. Keluarga Zaini lalu menempuh jalur lain dengan meminta bantuan ke Presiden Jokowi. Berkat campur tangan Istana, Pengadilan Jeddah Arab Saudi ,kemudian menunda eksekusi. 
"Saya pun mulai bergerak lagi untuk bisa memperjuangkan agar Abah bisa bebas dan pulang ke Indonesia," kata dia.
Setelah penundaan, Saiful merasa mendapat angin segar. Pihaknya pun mengajukan kembali PK di pertengahan 2017 dengan alasan adanya bukti dan keterangan saksi baru. Kala itu ia optimistis, ayahnya bisa bebas.
Keyakinannya membuncah saat ia mendapat kabar PK ketiga diterima, meski tanpa kepastian. Syaiful pun terbang ke Arab Saudi. Tak disangka, itu menjadi pertemuan terakhirnya dengan Zaini. 
"Pada saat itu, Abah pesan ke saya untuk terus jaga adik dan menyekolahkan adik. Abah juga senang saya sudah menikah dan mempunyai anak. Dia berjanji akan pulang," ucap Syaiful.

Pada Sabtu 17 Maret 2018, Syaiful diam-diam sempat berkomunikasi dengan Zaini. Pembicaraan itu tak lama, sekitar dua menit. Mereka membahas soal rencana kepergian sang ibu, Naimah yang mendapat panggilan kerja di Arab Saudi. 
"Abah juga minta tolong doanya dan bersabar karena pasti pulang. Namun, kenyataannya beda," ucapnya.
Pada Minggu 18 Maret 2018 11.30 pagi, Zaini meregang nyawa di tangan algojo pancung. Sama sekali tak ada pemberitahuan dari pihak Kerajaan Arab Saudi.
Tangis cucu Zaini yang baru berusia 6 bulan di malam eksekusi mungkin adalah firasat. "Keluarga baru tahu kabarnya saat Isya, atau Minggu malam," ujar dia. 
Usai dieksekusi, jenazah Zaini langsung dimakamkan. "Jenazah sudah langsung dimakamkan di Mekah pada hari Ahad (Minggu). Istri Zaini sekarang berada di Mekah melawat almarhum suaminya," ujar Duta Besar RI untuk Saudi, Agus Maftuh Abegebriel melalui pesan singkatnya kepada kabarsapa pada Selasa (20/3/2018).
Agus yang ikut mendampingi istri Zaini mengatakan, perempuan itu telah ikhlas dan merelakan jenazah suaminya dimakamkan di Mekah, Arab Saudi. 

0 komentar:

Posting Komentar